Judul:
Kopral Jono
Bahasa: Bahasa Indonesia
Bahasa: Bahasa Indonesia
Penulis:
Agnes Bemoe
Sampul dan Illustrasi: Indra Bayu
Editor: C. Donna Widjajanti
Sampul dan Illustrasi: Indra Bayu
Editor: C. Donna Widjajanti
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 91 hlm
Ukuran: 20 cm
Terbit: Cetakan Pertama Desember 2016
ISBN : 978-602-03-3311-4
Jumlah halaman: 91 hlm
Ukuran: 20 cm
Terbit: Cetakan Pertama Desember 2016
ISBN : 978-602-03-3311-4
Harga :Rp. 35.000,-
Blurb:
Seekor anjing dibuang di Kampung Purnama. Tidak
diketahui siapa pemiliknya. Surya, yang penyayang anjing, ditugasi memelihara
anjing itu. Anjing yang kemudian dinamai Kopral Jono itu ternyata berisik
sekali. Ia sering menangis, melolong-lolong, dan berteriak. Tidak ingin
bermasalah dengan para tetangga, terutama Pak Imam, tetangga sebelah, Surya
mulai menyelidiki kenapa anjingnya begitu ribut.
Penyelidikan itu menggiring Surya ke temua yang
mengerikan: bangkai orangutan. Surya juga mulai menyelidiki orangutan ini.
Ternyata, yang tertarik pada masalah orangutan ini bukan hanya Surya, tapi juga
dua pemuda kucel yang gerak-geriknya mencurigakan. Dari menguping pembicaraan
mereka, Surya mengetahui kedua pemuda itu akan melancarkan aksi jahat persis
pada tanggal 17 Agustus.
Surya melaporkan semuanya pada Pak Imam, yang bilang
akan minta bantuan polisi. Pada tanggal 16 Agustus Jono kabur dari rumah,
menerobos ke rumah tetangga sebelah. Surya mengejarnya. Dan di situlah
terbongkar segalanya.
Potongan Cerita / The First Page:
WARGA
TAK DIUNDANG
Kira-kira sebulan lalu kampungku, Kampung
Purnama, dihebohkan dengan kedatangan Jono. Ia terikat di pohon kelapa di ujung
kampung. Badannya luka parah. Aku tidak mau menceritakan bagian ini. Terlalu
menyedihkan.
Orang sekampung jelas gempar. Entah siapa yang
membuang anjing itu di sini. Mengapa mereka tidak membuangnya di daerah
perumahan di kota, tempat orang biasanya lebih bisa menerima anjing?
Awalnya orang kampungku bermaksud membuang
Jono ke tempat lain. Beberapa bapak dan pemuda berbadan tegap sudah dikerahkan.
Tapi, astaga, Jono melawan. Ia tidak mau didekati. Ia menyambar siapa saja yang
berani mendekatinya. Walaupun badannya terluka parah dan sangat lemah, Jono
melawan habis-habisan.
Akhirnya, Jono dibiarkan terikat di pohon
kelapa itu.
Jono berjenis pit bull. Kata Ayah, mungkin ia
habis digunakan untuk bertarung. Huh, aku tak berani mendengar lebih lanjut
kisah Ayah tentang anjing-anjing yang digunakan untuk bertarung. Menurutku, itu
perbuatan yang luar biasa jahatnya.
Ngomong-ngomong, aku sendiri penyayang anjing.
Beberapa kali aku memelihara anjing. Sayangnya, anjingku yang terakhir mati
kira-kira enam bulan yang lalu. Aku sedih sekali. Oh iya, saat memelihara
anjing, tentu saja aku tidak diperbolehkan melepaskan anjingku. Orang sekampungku
bisa marah besar. Jadi, anjing-anjingku selalu dikurung di halaman. Untuk itu
Ayah sengaja membuat pagar tembok keliling rumah. Ini hal yang aneh sebenarnya
karena di kampungku tidak ada rumah yang punya pagar.
Nah, kembali ke Jono. Sebenarnya, Ayah tidak
keberatan memelihara Jono. Daripada terikat tak menentu di pohon, lebih baik
dipelihara di rumah. Mendengar niat Ayah itu, diam-diam aku sudah memanggil
anjing itu Jono. Tapi, setelah mendengar sendiri bagaimana garangnya Jono pada
orang kampung, Ayah mengurungkan niatnya. Aku kecewa karena Ayah tidak jadi
mengadopsi Jono. Namun, aku begidik juga mendengar cerita tentang Jono.
Sementara itu cerita tentang Jono semakin
gencar beredar. Katanya, badannya semakin lemah karena luka-luka di sekujur
tubuhnya. Orang kampung hanya membiarkan Jono terikat karena terlalu berbahaya
untuk mendekatinya. Aku pun tidak bermimpi mendekati Jono. Aku hanya bisa
berharap semoga ada orang yang mau menyelamatkan Jono.
Ilustrasi:
Tonton
Sneak Peek-nya di sini:
Kunjungi dan like fan pagenya di sini:
Baca resensinya di sini:
Komentar Pembaca:
“Penulisnya, Mbak Agnes Bemoe, pandai meramu drama. Kisahnya seru, bahasanya lancar, dan yang harus digarisbawahi, buku ini tidak meremehkan daya pikir anak. Tidak ada bagian yang ditulis dalam ‘bahasa dewasa yang dibuat kekanak-kanakan’(sehingga terdengar aneh). Semua tersaji wajar. Mengingatkan saya pada buku-buku anak karya Pak Djokolelono yang terbit pada awal tahun 70-an dulu. Tokohnya anak-anak, sudut pandangnya sebagian besar diambil dari anak-anak, dan akhir cerita juga diselesaikan oleh anak-anak. Rasanya saya harus mengumpulkan lebih banyak lagi karya Mbak Agnes Bemoe ini agar anak saya mendapat asupan bacaan bergizi, sembari bapaknya numpang baca.” – Iksaka Banu, Penulis buku “Semua untuk Hindia”
Kunjungi dan like fan pagenya di sini:
Baca resensinya di sini:
Komentar Pembaca:
“Penulisnya, Mbak Agnes Bemoe, pandai meramu drama. Kisahnya seru, bahasanya lancar, dan yang harus digarisbawahi, buku ini tidak meremehkan daya pikir anak. Tidak ada bagian yang ditulis dalam ‘bahasa dewasa yang dibuat kekanak-kanakan’(sehingga terdengar aneh). Semua tersaji wajar. Mengingatkan saya pada buku-buku anak karya Pak Djokolelono yang terbit pada awal tahun 70-an dulu. Tokohnya anak-anak, sudut pandangnya sebagian besar diambil dari anak-anak, dan akhir cerita juga diselesaikan oleh anak-anak. Rasanya saya harus mengumpulkan lebih banyak lagi karya Mbak Agnes Bemoe ini agar anak saya mendapat asupan bacaan bergizi, sembari bapaknya numpang baca.” – Iksaka Banu, Penulis buku “Semua untuk Hindia”
“Buku ini
membawa pesan menyegarkan buat anak-anak difabel: Difabel bukan akhir duniamu.”
– Tengku Syawila Fithri, Pemerhati
Lansia.
"Buku ini bagus, bahasanya lancar, ceritanya menarik. Cowok banget!" - Ch. Mulyani A.K., S. Pd. - Guru SMA Santa Maria Pekanbaru
Lain-lain:
KOPRAL JONO juga bisa didapatkan versi digitalnya di SCOOP
No comments:
Post a Comment